Memang benar kata orang, kehidupan akan mengajarkan kita banyak hal. Termasuk cara menyikapi suatu keadaan. Aku yang dulu bukanlah aku yang sekarang. Kalau kata lagu. Tapi hal itu memang benar adanya. Emosiku bertahun lalu yang kerapkali mudah terpancing tentu beda dengan pola emosiku saat ini. Semenjak aku menjadi orang tua.
Semenjak aku menjadi orang tua. Kehidupan seperti sebuah keajaiban. Hei, bahkan aku tak mengerti apa sejatinya arti dari keajaiban, ajaib, atau apalah itu. Rasa-rasanya seperti mimpi aku bisa menjalani kehidupan seperti saat ini. Bukankah baru kemarin aku menjadi gadis cilik berkepang dua yang suka mandi di sungai depan rumah?
Atau bukankan tadi malam aku deg-degan menanti pengumuman kelulusan sekolah menengah pertama. Sungguh tak terbayangkan. Aku menikah dengan teman sekelas saat sma Aku bisa punya anak. Dan lagi-lagi menjalani kehidupan seperti saat ini. Bekerja di sekolahku dulu, berteman dengan guruku dulu. Seakan-akan masa lalu kembali hidup di depan mataku.
Saat menelusuri koridor sekolah ini aku seperti melihat diriku sendiri. Berseragam SMA. Kadang duduk kadang berdiri dengan raut muka malu-malu. Aku yang pendiam dan rendah diri. Aku yang minderan dan tak pandai mencari teman. Aku yang biasa saja dan berasal dari keluarga sederhana. Aku yang …. Masa lalu. Tak perlu kuingat lagi.
Memang masa laluku terbilang tidak buruk. Aku bukan remaja yang terlibat kenakalan remaja. Bukan pula remaja yang nilai akademiknya jeblok. Bukan. Masalah terbesarku pada masa remaja adalah kepercayaan diri. Bukan sekadar percaya pada diri saja. Tapi lebih kepada penghargaan terhadap diri sendiri. Banyak hal yang menyebabkan hal ini. Salah satunya adalah factor didikan dari orang tua. Namun, bukan berarti aku menyalahkan didikan orang tuaku. Bukan. Hanya saja perlu dimaklumi bahwa orang tuaku dulu belum mendapatkan pendidikan parenting seperti saat ini.
Lambat laun aku menemukan makna kepercayaan diri. Semuanya berbeda definisi. Tergantung pada umur dan tingkat kedewasaan. Saat remaja, percaya diri adalah ketika kau punya orang tua kaya raya, handphone bagus, kendaraan bagus, dan wajah yang bagus pula. Ganteng atau cantik. Maka, kau super percaya diri. Bisa bebas melakukan apa saja.
Saat kuliah kepercayaan diri bagiku adalah ketika kau berani menyampaikan pendapat di depan orang banyak. IPK-mu tinggi dan kau lagi-lagi punya materi yang mencukupi. Agar teman-teman mau berteman denganmu. Maka, kau akan jadi orang paling percaya diri.
Sekarang, aku menyadari bahwa percaya diri adalah bukan tentang apa yang tampak dari dirimu. Tapi apa yang ada di dalam jiwamu. Not about looks tapi about values. Nilai dalam dirimu. Jika kau menganggap dirimu berharga maka, kau akan percaya bahwa dirimu juga mempunyai kesempatan yang sama seperti lainnya. Kesempatan untuk mengubah kehidupan lebih baik lagi. Kesempatan untuk sukses.
Kita yang harus menyelamatkan diri dari lubang ini. Lubang keterpurukan mental. Bukan orang lain. Stop menyalahkan orang lain karena segala perihal hati dan pikiran kaulah yang bisa mengendalikan. Jangan bersedih untuk masa lalumu. Sebab kau masih memiliki masa depan untuk diraih.
Memang kehidupan akan mengajarkan kita banyak hal. Namun, jika pengalaman orang lain bisa kau jadikan pembelajaran tentu tak ada salahnya pula.
Batang, 30 Agustus 2018
Salam.
Katakurnia
Kurnia Hidayati
Sumber gambar: google ()